
Sebagai tokoh sentral di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 2 yang terletak di desa Putukrejo kecamatan Gondanglegi kabupaten Malang itu di mata masyarakat umum, khususnya para alumni, KH Qosim Bukhori dinilai menyisakan banyak kenangan yang tidak saja sulit dilupakan tetapi juga memiliki arti tersendiri bagi mereka. Memori yang terpatri di lubuk santri-santri beliau tidak saja terkait dengan perilaku harian yang pernah dialami sang guru dan sempat disaksikan oleh mereka, namun juga berhubungan dengan pesan-pesan dan bahkan sering kali petunjuk-petunjuk hidup yang berkesinambungan dengan sebuah masa depan seseorang, baik alumni maupun warga masyarakat.
Petuah-petuah beliau yang sangat berharga bagi alumni dan partisipan pesantren cukup banyak dan tentu tidak terhitung berdasarkan banyak pengalaman para santri, alumni dan masyarakat saat berinteraksi dengan beliau.
Namun dari sekian petuah yang selanjutnya menjelma menjadi petunjuk hidup di kemudian hari, sekelumit dapat dikemukakan antara lain:
Pesan kiai Qosim Bukhori saat memberikan tausiah kepada lulusan kelas XII SMA-MA Raudlatul Ulum Putukrejo Gondanglegi Malang. Secara umum, arahan beliau yang dianggap cukup berarti dalam hidup di masa depan adalah persoalan ijazah formal. Menurut tokoh penyebar thoriqoh Naqsyabandiyah itu bahwa ke depan masyarakat akan semakin diwarnai oleh pola-pola hidup yang bersifat formalistik. Justifikasi kegiatan-kegiatan sosial sering kali diukur simbol-simbol formalitas. Oleh karenanya, para lulusan santri tingkat SLTA harus melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi, di masa yang akan datang ijazah menjadi sangat diperlukan.
Berdasarkan ucapan beliau ini, kini para alumni benar-benar merasakan kegunaan dari arahan beliau tersebut padahal pesan beliau dalam kurun waktu sekian tahun yang silam. Apa yang dipesankan kiai Qosim Bukhori tentang kebutuhan ijazah sekarang ini sudah dialami oleh banyak alumni, salah satunya dirasakan betul oleh H Shonhaji, seorang alumni PP Raudlatul Ulum 1 Ganjaran Gondanglegi Malang yang berdomisili di Gang Darma Putra Pontianak ketika mendaftarkan putranya ke institusi kepolisian.
Sementara pesan-pesan beliau yang bersifat personal cukup bertebaran dan biasanya dialamatkan langsung kepada masing-masing alumni secara individual, utamanya hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah pribadi seseorang.
Salah satu di antaranya pernah dialami seorang alumni yang sekarang bertempat di daerah Wajok Hilir Kalbar saat ditanya oleh kiai Qosim tentang pekerjaan, lalu dijawab bahwa ia bekerja sebagai bawahan di sebuah usaha bengkel. Tanpa jeda sang guru kemudian menimpali, “kamu bekerja di pasar.” Tak ayal lagi, kalimat beliau ini terbukti pada kisaran tahun 2017-2018, padahal ucapan beliau diutarakan sekian tahun yang lalu tatkala bayangan tentang kerja di pasar sama sekali tidak pernah terlintas.
Semoga berkah.
Penulis : KH.Madarik Yahya
Komentar Terbaru